Minggu, 08 Maret 2009

Mengamati Dengan Seksama dan Penuh Perhatian

20.05

Manakala kita mengamati sesuatu – apakah sesuatu itu ada di luar maupun di dalam – dengan seksama dan penuh perhatian, maka diapun akan menjelaskan dirinya sendiri kepada kita. Dia seakan-akan memfungsikan dirinya sebagai guru bagi kita; ia bisa mengajari kita dengan amat jelas, lengkap namun sederhana, tentang apa dia adanya

Umumnya, setelah kita beranjak di mana berbagai persoalan hidup yang makin menumpuk silih-berganti menuntut untuk diperhatikan juga, “mengamati dengan seksama dan dengan penuh perhatian” secara alamiah dan sedikit demi sedikit semakin menjauh dari kita, untuk akhirnya tidak lagi akrab dengan kita. Apa yang tadinya merupakan sesuatu yang akrab dan alamiah, kini malah menjadi sesuatu yang nyaris tak pernah dikenal, sesuatu yang sama sekali asing lagi.

Oleh karenanya, meditasi sebetulnya bukanlah sesuatu yang sama sekali asing bagi kita. Kitalah yang mengasingkannya dari hidup kita, dengan tanpa sepenuhnya disadari. Alhasil, bukanlah sesuatu yang begitu aneh bila kita malah telah menjadikan Diri kita sebagai orang yang asing bagi diri kita sendiri. Dan untuk mengenal-Nya kembali kini terasa sulit. Kita telah terlanjur membangun tembok demi tembok, sekat penghalang demi sekat penghalang, tabir demi tabir antara kita dan Sang Diri-Jati.
sumber : SI (Adjimundita)

0 komentar: